Bertahun-tahun Krisis Air Bersih, Warga Dusun Tanah Timbul Tagih Janji Pemerintah

Header Menu


Bertahun-tahun Krisis Air Bersih, Warga Dusun Tanah Timbul Tagih Janji Pemerintah

7 Okt 2025



Karawang – Warga Dusun Tanah Timbul RT 013/006, Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang kembali dilanda krisis air bersih. Selama enam bulan terakhir, mereka harus menghadapi kesulitan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari mandi, mencuci, hingga memasak. Ironisnya, krisis ini bukan yang pertama—setiap musim kemarau, masalah serupa terus berulang tanpa solusi konkret dari pihak pemerintah.


Kepala Desa Muara, Iyos Rosita, mengatakan bahwa satu-satunya sumber air di dusun tersebut kini kondisinya semakin memprihatinkan. Air yang ada mulai surut dan berubah menjadi keruh, tak layak konsumsi.


“Kalau diusulkan sudah melalui Dinas PRKP, sudah disurvei juga sama pihak dinas, tapi belum juga terealisasi. Harapannya ini bisa segera ditindaklanjuti karena dampak kekeringan makin meluas,” ujar Iyos saat ditemui Selasa (7/10) pagi.




Iyos menuturkan, pihak Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) sebenarnya sudah melakukan survei lapangan sejak beberapa waktu lalu. Mereka juga menjanjikan pembangunan fasilitas air bersih permanen untuk warga. Namun hingga kini, janji itu belum membuahkan hasil.


Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa faktor geografis menjadi tantangan tersendiri bagi Dusun Tanah Timbul. Lokasinya yang berada di ujung pesisir laut membuat pencarian sumber air bersih menjadi sangat sulit.


“Sejak 2022 kami sudah buat lima titik pengeboran air secara swadaya, tapi tidak ada yang bertahan lama. Mungkin karena pengeborannya tidak dalam, atau memang tidak ada sumber airnya,” jelasnya.




PDAM Tak Efektif, Warga Harus Beli Air untuk Konsumsi


Meskipun pipa PDAM Karawang telah terpasang di wilayah tersebut, aliran air yang sampai ke rumah-rumah warga sangat minim. Akibatnya, jaringan air tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal.


“Air PDAM itu kecil sekali, tidak mencukupi kebutuhan warga. Sumber air di sini awalnya cukup, tapi sekarang satu per satu mulai mengering lagi,” kata Iyos.




Dampak krisis ini dirasakan langsung oleh 65 kepala keluarga di dusun tersebut. Warga terpaksa antre di sumber air terakhir yang mulai menyusut, hanya untuk sekadar mandi dan mencuci. Untuk kebutuhan memasak dan air minum, mereka harus membeli air galon atau air isi ulang dari luar desa.


Ketua RT 013, Komarudin, membenarkan bahwa krisis air di wilayahnya sudah menjadi siklus tahunan. Dari lima titik pengeboran swadaya, kini hanya dua yang masih dapat digunakan—itu pun dengan debit air yang sangat terbatas.


“Kalau untuk mandi dan mencuci masih bisa, tapi airnya tidak layak minum. Untuk konsumsi sehari-hari kami terpaksa beli,” ujarnya.




Komarudin mengaku tahun ini menjadi salah satu musim kemarau paling berdampak bagi warganya. Ia pun berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk memberikan solusi yang benar-benar efektif dan jangka panjang.


“Kami tidak tahu apakah pengeboran kami kurang dalam atau alatnya yang tidak memadai. Tapi kami ingin punya sumber air yang cukup. Kami minta perhatian serius dari pemerintah,” pungkasnya.




Masyarakat Menanti Aksi Nyata


Krisis air bersih yang melanda Dusun Tanah Timbul bukan sekadar isu infrastruktur, tetapi menyangkut kelangsungan hidup ratusan warga. Di tengah janji-janji yang belum terealisasi, masyarakat setempat hanya bisa berharap agar ada aksi nyata dari pemerintah daerah.


Warga dan aparatur desa meminta agar Dinas PRKP dan PDAM Karawang segera menindaklanjuti kondisi ini dengan membangun infrastruktur air bersih yang layak dan berkelanjutan—bukan sekadar janji atau survei semata.


Penulis : Arief rachman