Menurut Asep, proyek tersebut terindikasi dikerjakan secara asal-asalan dan tidak sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK). Ia juga menyoroti fakta di lapangan bahwa pelaksana proyek tetap melanjutkan pekerjaan meski lokasi masih dalam kondisi tergenang air.
“Coba tanyakan ke Kabid Pentahelix alias Kabid SDA, karena yang pertama kali dengan lantang mengusung konsep pentahelix itu dia. Yang saya tidak sukai, dia pernah mengklaim dalam media bahwa di bawah kepemimpinannya, Bidang SDA insyaallah bersih. Ya, memang ‘bersih’, tapi bisa bermakna lain,” ujar Asep Agustian, yang akrab disapa Askun, dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (6/11).
Askun menilai, pernyataan klaim “bersih” yang diucapkan pejabat bersangkutan justru dapat menjadi bumerang.
“Ucapan itu akan menjadi harimau bagi dirinya sendiri. Kalau merasa bersih, biarlah orang lain yang menilai, bukan diri sendiri,” tegasnya.
Lebih lanjut, Askun mengungkapkan adanya kejanggalan dalam pengerjaan drainase tersebut, terutama terkait kondisi proyek yang dikerjakan di tengah genangan air dan penggunaan material yang dinilai tidak tepat.
“Faktanya, proyek drainase di Puri dikerjakan saat banjir. Lalu material pasir yang menumpuk di lokasi itu untuk apa? Ini perlu diaudit,” ujarnya.
Selain proyek drainase, Askun juga menyinggung proyek sabuk pantai yang disebutnya berjalan lamban dan berpotensi tidak selesai hingga akhir tahun 2025, dengan nilai anggaran mendekati Rp1 miliar. Ia mempertanyakan sejauh mana penerapan konsep pentahelix yang selama ini diklaim menjadi pendekatan kerja di Bidang SDA PUPR Karawang.
“Saat ditanya soal lingkaran setan, dia jawab dengan pentahelix. Tapi sekarang, ke mana unsur-unsur pentahelix itu? Saya akan terus mengkritisi klaim bersih dan konsep pentahelix ini. Meskipun dia lebih pintar dan hebat, saya tidak akan berhenti menyorotinya,” tegasnya yang juga menjabat Ketua DPC Peradi Karawang.
Dengan menyoroti dua proyek besar yang disebutnya memiliki potret buram, Askun meminta Aparat Penegak Hukum (APH) untuk turun tangan menyelidiki kebenaran pelaksanaan proyek tersebut.
“APH harus bergerak. Jika proyek itu benar, tunjukkan di mana letak benarnya. Tapi kalau tidak benar, ungkap di mana kesalahannya. Jangan sampai ada dugaan hubungan khusus antara APH dengan ‘Kabid Pentahelix’,” ujarnya.
Menutup keterangannya, Askun menegaskan akan terus mengawal persoalan ini hingga tuntas.
“Kabid SDA atau Kabid Pentahelix harus mempertanggungjawabkan ucapannya. Saya tidak akan diam. Mata, telinga, tangan, kaki, dan pikiran saya akan terus mencari kebenaran sampai di manapun,” pungkasnya.
Penulis : Arief rachman
